LAPORAN HASIL PENELITIAN
“MANGROVE”
OLEH :
KELOMPOK V
RISNA HARIS
ANDI FATIMAH
ASMIRA
ABDIYAH
ASMAWATI
PENDIDIKAN BIOLOGI VI .A
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) PUANGRIMAGGALATUNG SENGKANG
TAHUN AKADEMIK 2013/2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT
atas rahmat yang dilimpahkan-Nya pada kita semua, serta dengan kebesaran-Nya
penyusun dapat menyajikan sebuah laporan. Salawat dan salam senantiasa tercurah
kepada Rasulullah SAW yang telah mengantar kita semua ke alam yang terang
benderang.
Dengan ini penyusun menyajikan sebuah
laporan hasil penelitian yang berjudul “EKOSISTEM MAGROVE ”yang pada dasarnya menjelaskan tentang karakteristik mangrove yakni tipe daun, jenis akar,
zonasi dari pantai dan adaptasi pohon mangrove. Di samping itu dijelaskan pula
mengenai aspek fisik yang berkaitan dengan salinitas, pasang surut dan cahaya
matahari. Serta biota yang menghuni ekosistem mangrove.Diharapkan setelah penelitian ini disertai laporan
penelitian dapat menambah pengalaman dan
pengetahuan mengenai ekosistem mangrove.
Dengan segala kelebihan dan kekurangan, penyusun harapkan kritik dan
saran dari saudara pembaca untuk menunjang keberhasilan pembuatan makalah di
masa yang akan datang agar menjadi lebih baik. Terima kasih. Wassalam
DAFTAR ISI
Halaman Sampul................................................................................................
Kata Pengantar...................................................................................................
Daftar Isi..............................................................................................................
Bab I
PENDAHULUAN...................................................................................
A. Latar Belakang Masalah............................................................................
B. Batasan Masalah ........................................................................................
C. Rumusan Masalah......................................................................................
D. Metode dan Tekhnik Penulisan...............................................................
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian................................................................
BAB II GAMBARAN GEOGRAFIS LOKASI PENELITIAN........................
A. Lokasi
Penelitan...........................................................................................
B. Topografi
Kehidupan Penduduk..............................................................
Bab III HASIL PENELITAN..............................................................................
A. Karakteristik
mangrove..............................................................................
B. Aspek Fisik.....................................................................................................
C. jumlah populasi dan substrak mangrove.................................................
D. Jenis-Jenis
Biota yang Menghuni Ekosistem mangrove........................
E. Dokumentasi
Aktivitas Penelitian.............................................................
Bab VI PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................................
B. Saran...............................................................................................................
Daftar Pustaka....................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG MASALAH
Mangrove merupakan
ekosistem yang terdapat di antara daratan dan lautan dan pada kondisi yang
sesuai mangrove akan membentuk hutan yang ekstensif dan produktif. Karena
hidupnya di dekat pantai, mangrove sering juga dinamakan hutan pantai, hutan
pasang surut, hutan payau, atau hutan bakau.
Wilayah
mangrove dicirikan oleh tumbuh-tumbuhan khas mangrove, terutama jenis-jenis
Rhizophora, Bruguiera, Ceriops, Avicennia, Xylocarpus dan Acrostichum
(Soerianegara,1993). Selain itu juga ditemukan jenis-jenis Lumnitzera,
Aegiceras, Scyphyphora dan Nypa (Nybakken, 1986; Soerianegara, 1993). Mangrove
mempunyai kecenderungan membentuk kerapatan dan keragaman struktur tegakan yang
berperan penting sebagai perangkap endapan dan perlindungan terhadap erosi
pantai. Sedimen dan biomassa tumbuhan mempunyai kaitan erat dalam memelihara
efisiensi dan berperan sebagai penyangga antara laut dan daratan, bertanggung
jawab atas kapasitasnya sebagai penyerap energi gelombang dan menghambat
intrusi air laut ke daratan.
Selain
itu, tumbuhan tingkat tinggi menghasilkan habitat untuk perlindungan bagi
hewan-hewan muda dan permukaannya bermanfaat sebagai substrat perlekatan dan
pertumbuhan dari banyak organisme epifit.
Oleh karena itu, studi penelitian
lapangan ini memiliki
salah satu tujuan
menguatkan pengetahuan-pengetahuan
yang kami dapatkan
dikampus dengan mengkaji literatur yang relevan dengan
kondisi objek pengamatan yang sebenarnya.
B. BATASAN MASALAH
Mata kuliah Hidrobiologi
merupakan salah satu cabang ilmu biologi yang membahas tentang
perairan meliputi limnoligi, dan
oseonografi. Namun pada studi
penelitian lapangan ini
kami hanya meneliti perairan
laut (oseanografi). Dimana tediri
berbagai ekosistem yaitu ekosistem mangrove, ekosistem lamun, ekosisten pantai
pesisir, dan ekosistem terumbu karang. Namun kelompok kami mengamati
salah satu dari ekosistem tersebut
yaitu ekosistem mangrove. Mulai
dari karakteristik mangrove yakni tipe daun, jenis akar,
zonasi dari pantai dan adaptasi pohon mangrove. Dijelaskan pula mengenai aspek
fisik yang berkaitan dengan salinitas, pasang surut dan cahaya matahari. Serta
biota yang menghuni ekosistem mangrove.
C.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan
dari latar belakang
masalah diatas adapun rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaiaman karakteristik mangrove di PPLH
Puntondo?
2.
Bagaimana Aspek fisik (salinitas,pasang surut, cahaya matahari) mangrove
di PPLH Puntondo?
3. Bagaimana jumlah polulasi dan substrat mangrove?
4.
Mengobservasi tujuh biota laut yang menghuni ekosistem mangrove yang ada di PPLH Puntondo?
D.
METODE DAN TEKHNIK PENULISAN
1. Teknik pengumpulan data
Dalam kegiatan pengumpulan data ini, metode
yang kami pakai yaitu metode deskriptif maka dalam penyusunannya menggunakan
tekhnik sebagai berikut :
1. Study Kepustakaan (Library Research)
Ialah kegiatan penyusunan laporan
study banding dengan cara
membaca bacaan yang berkaitan
dengan pokok bahasan.
Seperti yang telah
dibagikan oleh pihak PPLH Puntondo berupa brosur. Dari sinilah kita
menemukan berbagai informasi tentang PPLH Puntodo serta melalui media internet.
2. Study Lapangan
Ialah cara penyusunan
laporan di lakukan
pada lokasi study
penelitan lapangan untuk memperoleh
data atau mengamati
fakta secara langsung. Adapun tekhnik diguankan dalam
study lapangan ini adalah sebagai
berikut :
a. Wawancara
Teknik
pengumpulan data dengan
cara mengadakan tanya
jawab langsung kepada informan (dialog secara langsung) dengan pemandu
pada PPLH Puntondo.
b. Tekhnik Observasi
Teknik dengan
mengamati secara langsung
objek penelitian. Adapun
objek penelitannya yaitu
Ekosistem magrove di PPLH Puntondo.
2.
Sumber Data
Adapun sumber
data adalah data
primer yang diperoleh langsung
dari informan dan data
sekunder yang diperoleh dari
literatur, laporan dan lain – lain.
3. Teknik pengolahan
data
Adapun teknik Pengolahan Data adalah sebagai berikut :
a.
Penulisan
Tahap ini merupakan
tahap terakhir, hasil
ini merupakan penemuan -penemuan sumber yang diseleksi
melalui kritik, kemudian diintrespresikan lalu disintesa melalui
penelitian secara deskriptif.
Berdasarkan hasil pengamatan dan pengalaman
selama melaksanakan kegiatan study
penelitian lapangan di PPLH Puntondo.
4. Tempat dan Jadwal Studi
Penelitian Lapangan
Studi penelitian
lapagan kami lakukan
di Dusun Puntondo,
Desa Laikang Kec.Mangarabombang, Kab.
Takalar Sulawesi Selatan
tepatnya di PPLH Puntondo. Dilaksanakan pada tanggal
12-13 April 2014, adapun skedul penelitan sebagai berikut :
|
No.
|
Hari/Tanggal
|
Waktu(pukul)
|
Kegiatan
|
Ket.
|
|
1
|
Sabtu, 12 April 2014
|
05.00-06.00
|
Berkumpul di Kampus STKIP Prima Sengkang
|
|
|
|
|
06.00-15.00
|
Berangkat dari Sengkang ke Malino
|
|
|
|
|
15.00-16.00
|
Penelitian di Malino
|
|
|
|
|
!6.00 – 20.00
|
Perjalan dari Malino ke PPLH Puntondo
|
|
|
|
|
20.30 -22.00
|
Penyambutan Petugas PPLH di Ruang Seminar
|
|
|
|
|
22.00 – 22.30
|
Makan malam di Restoran PPLH Puntondo
|
|
|
|
|
22.30-06.00
|
Istirahat + shalat
|
|
|
2.
|
Minggu, 13 April 2014
|
06.00- 07.00
|
Siap-siap untuk penelitian
|
|
|
|
|
07.00- 08.00
|
Sarapan di Restoran PPLH Puntondo
|
|
|
|
|
08.00 – 09.00
|
Persiapan penelitian dan pembagian
pendamping setiap kelompok di ruang seminar.
|
|
|
|
|
09.00- 11.30
|
Penelitian
|
|
|
|
|
11.30 – 12.00
|
Makan snack + teh
|
|
|
|
|
12.00 – 12.30
|
Beres-beres persiapan pulang ke sengkang
|
|
|
|
|
12.30 – 13.00
|
Makan siang di Restoran PPLH Pungtondo
|
|
|
|
|
13.00 – 17.00
|
Perjalanan dari Takalar ke
Makassar
|
|
|
|
|
18.00 – 20.30
|
Perjalanan dari makassar ke Pangkep
|
|
|
|
|
20.30 – 21.00
|
ISOMA
|
|
|
|
|
21.00 – 01.00
|
Perjalanan dari Pangkep Ke Sengkang.
|
|
|
|
|
01.00
|
Sampai di Kampus Prima Sengkang
|
|
E. TUJUAN DAN MANFAAT PELAKSANAAN STUDY
PENELITIAN
1. TUJUAN
Adapun tujuan yang diharapkan dari
penyusunan laporan ini antara lain :
1.Dapat melihat dan
mangamati secara langsung berbagai ekosistem di laut.
2. Membuka
wawasan mahasiswa tentang
habitat suatu
makhluk hidup serta pentingnya menjaga
lingkungan hidup.
3. Dapat
mengetahui berbagai jenis magrove di PPLH Pontodo
4. Sebagai bukti mutlak bahwa kami pernah melakukan
kegiatan studi penelitian lapangan di PPLH Puntondo
2. MANFAAT
Dari
uraian permasalahan di
atas kami berharap
dapat memberikan manfaat
antara lain sebagai berikut :
1. Kegiatan
studi penelitian lapangan
ini merupakan kegiatan yang sangat positif yang dapat
memberi masukan informasi dan tambahan
pengetahuan bagi mahasiswa STKIP
Prima Sengkang jurusan Biologi
semester VI
khususnya bagi mereka yang belum tahu menjadi tahu.
2. Menambah
khasanah (perbendaharaan) perpustakaan kampus yang menunjang bagi peningkatan
pengetahuan mahasiswa serta sebagai
kerangka acuan berfikir
dan bahan pertimbangan
bagi mahasiswa angkatan berikutnya.
3. Menambah pengetahuan kami dan para pembaca
khusus masalah ekositem laut.
4. Sebagai bahan pertimbangan yang dapat
dijadikan sebagai pola pikir dan tindakan
yang dinamis untuk
mengadakan pembaharuan dari yang
tertinggal.
BAB II
GAMBARAN GEOGRAFIS LOKASI
PENELITIAN
A. Lokasi Penlitian
Pada
dasarnya matakuliah Hidrobiologi memerlukan objek penelitian
untuk
lebih mengakuratkan data yang kami peroleh dari literatur yang ada dengan kondisi
lingkungan tertentu, seperti
halnya yang telah
dilakukan oleh kakak tingkat
kami, mereka mengadakan
penelitian di Bone
Pute, namun kali ini diadakan di lokasi
yang berbeda, Ini dimaksudkan sebagai bahan perbandingan bagaimana kondisi
ekosistem laut (pantai) diberbagai
lokasi. Dengan demikian
kami memilih lokasi
penelitian dengan
memperhatikan berbagai objek
penelitian diperlukan atau sesuai
dengan satandar kompetensi matakuliah
hidrobiologi yaitu :
(1). Ekosistem mangrove, (2)
Ekosistem pesisir pantai
(3). Ekosistem Lamun
(4). Ekosistem terumbu karang.
Nah, kesemua objek
penelitian tersebut terdapat di PPLH
Puntondo. Oleh karena itu kami memilih lokasi tersebut disamping itu
juga, tempat itu
merupakan Tempat Pusat
Penelitian Lingkungan Hidup. Berdasarkan
informasi kita terima
kami dapat melaporkan bahwa :
1.
Latar Belakang Berdirinya PPLH Puntondo
PPLH
Puntondo, yang merupakan sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) bergerak
di bidang pendidikan
lingkungan hidup yang
bersifat non formal dan
tidak komersial. Sampai
saat ini ada
tiga PPLH di Indonesia
yaitu PPLH Seloliman
(Jawa Timur), PPLH
Sanur (Bali) dan PPLH Puntondo (Sulawesi Selatan) PPLH mulai masuk dan
berkegiatan di Sulawesi Selatan pada
tahun 1994. Pada saat itu PPLH berkegiatan bersama Plan International
Sulawesi Selatan. Program
yang dilakukan adalah pengembangan
masyarakat desa untuk
bidang pertanian, makanan ekologis,
pelatihan motivator, dan
kesehatan. Keberadaan PPLH di
Sulawesi Selatan sendiri
tidak lepas dari
peran serta dan 8
dukungan masyarakat, LSM, Universitas, sekolah-sekolah, pemerintah, dan individu.
Selain itu juga
dengan luasnya wilayah
Indonesia dan jumlah penduduk
yang besar, maka
tempat pendidikan lingkungan tidak cukup hanya satu. Alasan
yang lain adalah adanya rasa kekuatiran akan kerusakan lingkungan yang terjadi begitu cepat. Nama Puntondo
diambil dari nama
lokasi PPLH yaitu
Dusun Puntondo. Secara
garis besar PPLH Puntondo
akan mengacu pada
visi PPLH, tetapi
fokus kegiatan akan disesuaikan dengan kondisi setempat yaitu masalah
laut dan masyarakat nelayan.
Peletakan batu pertama
di lokasi PPLH Puntondo
dilakukan pada tanggal
18 Agustus 1998
oleh Menteri Lingkungan Hidup
Bapak Sarwono Kusumaatmadja dan peresmian PPLH Puntondo dilakukan
pada tanggal 15
Oktober 2001. Konon,
dulu Puntondo sangat kaya
akan ekosistem laut.
Menurut Dg Laga’,
jika diartikan dalam bahasa
Indonesia, Pun artinya Sang
sedangkan Tondo berarti Burung Bangau.
Jadi Puntondo sebenarnya
bermakna Sang Bangau karena
burung tersebut sering mencari ikan di pantai tersebut. “Tapi itu dulu,
sekarang sudah lain karena pengrusakan ekosistem laut oleh orang yang tak
bertanggung jawab,”
Visi:
Terwujudnya masyarakat
yang peduli dan
sadar terhadap lingkungan
untuk
mencapai kehidupan yang harmonis.
Misi:
Mendorong dan
mengajak masyarakat untuk
lebih sadar dan
peduli terhadap
lingkungan hidup melalui pendidikan lingkungan hidup.
2.Fasilitas
Sebagai sarana
penunjang kegiatan pendidikan
lingkungan hidup di
PPLH
Puntondo, maka disediakan beberapa fasilitas antara lain:
a.
Pendopo: berfungsi
sebagai tempat menerima
tamu ataupun bersantai setelah
berprogram.
b.
Perpustakaan: memiliki
berbagai macam koleksi
yang terdiri dari buku,
majalah, leaflet, peta,
poster, brosur, dan
kliping yang 9 ditujukan
untuk mendukung kegiatan
program dan juga
bisa dimanfaatkan oleh masyarakat umum.
c.
Ruang seminar: berbentuk
unik dan dapat memuat kurang lebih 60
orang.
d.
Asrama-asrama: terdiri
dari dua bangunan kembar: asrama laki-laki dan asrama perempuan, dengan
kapasitas 32 orang.
e.
Bungalo: terdiri
dari enam bangunan
untuk tempat beristirahat, dengan kapasitas
empat orang. Lima
bungalow berharga sama dengan asrama dengan kapasitas maksimal
6 orang, sedangkan satu bungalo
telah memiliki fasilitas
yang lebih baik
dengan kapasitas maksimal 4
orang.
f.
restoran Restoran:
berbentuk unik dan menghadap
ke laut. Tempatnya sangat
strategis untuk melepas
lelah sambil menikmati hidangan
makanan.
g.
Media/peralatan pendidikan:
slide projector, perahu motor,
VCD, projector, snorkel, masker,
lup, tape recorder,
computer, alat pengukur
salinitas dan lain-lain. Secara
umum fasilitas tersebut
digunakan untuk kelompok-kelompok yang
akan melakukan program,
tetapi tidak menutup kemungkinan juga
bisa dimanfaatkan oleh
individu maupun keluarga yang
ingin liburan atau
rekreasi. Semua bangunan
berbentuk rumah panggung khas Sulawesi
Selatan.
3. Program
Segala hal
yang berhubungan dan terkait
dengan lingkungan hidup
dan
segi permasalahannya akan dibahas dan dikaji dengan melihat
dari
berbagai aspek kehidupan
seperti ekonomi, sosial,
budaya,
etika,
agama, dan juga
ditinjau dari segi
ilmu fisika, kimia,
dan
geografi. Kemudian
akan didapatkan bagaimana
cara
pemecahannya dalam
penerapannya. Untuk menciptakan
suasana
yang menyenangkan dalam belajar dan
untuk mengembangkan pola
pikir
kritis, maka metode
yang digunakan dalam
setiap program 10
sangat
bervariasi yaitu diskusi,
praktek, pengamatan, melihat
contoh, dan
permainan dengan menggunakan
metode partisipatif,
informal, terbuka
dan santai yang
lebih mengarahkan kelompok
sasaran untuk
aktif. Kelompok sasaran kami
ditujukan bagi semua
golongan dan lapisan masyarakat dari
berbagai latar belakang:
Siswa / Pelajar: TK sampai dengan Perguruan
Tinggi
Kalangan pendidik dan akademisi
Kalangan LSM dan pemerhati lingkungan
Kalangan pemerintah, petani dan masyarakat
desa
Kalangan industriawan dan
Masyarakat umum lainnya.
Divisi
yang mendukung kegiatan
di PPLH Puntondo
(PPLH-P):
1.
Kelautan: bertanggung
jawab terhadap pendidikan
kelautan secara umum yang
meliputi konservasi pantai,
karang, bakau, pemanfaatan potensi laut,
dan penguatan masyarakat. Karena
latar belakang lokasi PPLH-P
adalah laut, maka
pendidikan lingkungan hidup
yang dikembangkan mayoritas difokuskan
pada bidang kelautan. Tim
Kelautan bersama masyarakat
Dusun Puntondo melakukan kegiatan
konservasi mangrove dan
karang. Dengan adanya kegiatan ini
diharapkan dapat menggugah
kesadaran masyarakat
setempat akan pentingnya
melestarikan sumber daya
alam laut. Sebagian besar
usaha utama masyarakat
Dusun Puntondo adalah bertanam rumput
laut. Tim Kelautan
melakukan program peningkatan kualitas rumput laut dalam rangka
peningkatan penghasilan masyarakat.
2.
Pertanian: bertanggung
jawab terhadap pengelolaan
lahan PPLH-P dengan sistem
pertanian ekologis atau pertanian selaras alam. Di lokasi PPLH-P
tersedia lahan percontohan
yang sudah dipetak-petak menjadi beberapa kebun, yaitu:
kebun sayur, kebun buah, kebun tanaman obat, dan kolam
ikan. Hasil dari
lahan percontohan tersebut
sebagian untuk memenuhi kebutuhan dapur PPLH-P dan sebagian ada
yang dipasarkan, tetapi
hasil yang ada
masih dalam jumlah
sedikit. Program kegiatan
11 pendampingan yang dilakukan
oleh Tim Pertanian
meliputi: ternak (bebek) dan
pemanfaatan pekarangan (sayur, buah dan obat).
3.
Sekolah: bertanggung jawab
pada pendidikan lingkungan hidup (PLH) untuk
sekolah dengan mengadakan
pertemuan, lokakarya, sarasehan, pelatihan, atau diskusi. Salah
satu kegiatan sekolah yang dilakukan yaitu pendampingan ke
sekolah-sekolah di Makassar.
egiatan ini merupakan lanjutan dari rencana
tindak lanjut dari
guru yang mengikuti pelatihan
PLH. Guru merencanakan
beberapa kegiatan di
sekolah dan PPLH-P hanya
sebagai pendamping untuk
membantu membagikan informasi tentang PLH.
Selain kegiatan pendampingan
di sekolah-sekolah, Tim Sekolah
membentuk kelompok kerja
yang beranggotakan guru-guru untuk membuat
materi PLH yang
akan diintegrasikan ke
kurikulum sekolah. Kegiatan rutin yang dilakukan Tim Sekolah setiap
tahun adalah Time project. Kegiatan ini
merupakan proyek komunikasi global dengan multi bahasa dan multi budaya untuk
sekolah menengah (SMP/SMU) yang diinisiasi oleh Asosiasi Jaringan Sekolah
UNESCO (ASP ned). Kegiatan ini sudah
dimulai sejak tahun
1995 dan berpusat
di Belanda. Topik
dari gambar (foto) adalah pendampingan ke beberapa sekolah dengan materi
pembuatan arang briket
dan daur ulang
kertas sebagai salah
satu ara pemanfaatan sampah.
4.
Informasi: bertanggung
jawab untuk menyebarluaskan berbagai informasi lingkungan
secara global dan
khususnya kegiatan lingkungan yang dilakukan
oleh PPLH-P. Kegiatan
Tim Informasi meliputi 2
bidang yaitu perpustakaan dan
publikasi. Koleksi perpustakaan
ini bisa dibaca dan
dipinjam oleh masyarakat umum.
Selain itu juga membantu
Anda apabila memerlukan informasi
umum, khususnya lingkungan.
Bahan publikasi yang dikelola
diterbitkan melalui media cetak (buletin, buku, poster dan
brosur) dan media
elektronik (website). Untuk kegiatan
pendampingan ke masyarakat,
Tim Informasi melakukan
bedah buku bersama anak-anak
Dusun Puntondo. Selain itu, dilakukan
perpustakaan keliling untuk lebih
menyebarluaskan buku (minat
baca) pada 12 masyarakat yang jauh dari lokasi PPLH-P serta menjalin keakraban yang
lebih dalam antara Tim PPLH-P dengan masyarakat.
5.
Restoran: Tim
Restoran memperkenalkan makanan
ekologis bagi peserta program
atau individu yang
berkunjung dan menjelaskan manfaat dari makanan ekologis,
yakni makanan yang baik dan sehat bagi kesehatan. Selain
menyiapkan makanan yang
baik dan aman
bagi kesehatan, juga mengupayakan
merawat dapur dan
mengolah limbahnya.
6.
Fasilitas: bertanggung
jawab terhadap semua
fasilitas yang ada di
PPLH-P. Fasilitas di
PPLH-P tidak hanya
untuk ditempati, tetapi
dapat menjadi media pendidikan.
Jadi, yang dilakukan
adalah bagaimana merawat fasilitas
dengan cara yang
ramah lingkungan. Program
Pasif : Merupakan
program yang bisa dilakukan
di lokasi PPLH-P,
baik yang hanya sekedar
berkunjung dan rekreasi
atau yang memesan
program. Beberapa materi atau topik
yang ditawarkan bisa
dipilih sendiri sesuai dengan
minat. Teman-teman PPLH
akan mendampingi dan menemani
selama berkegiatan.
Topik-topik
yang ditawarkan
1.Ekosistem Laut
2.
Ekowisata
3.
Keanekaragaman Hayati
4.
Kehidupan Desa Nelayan
5.
Makanan Ekologis
6.
Outward Bound
7.
Pemanfaatan Pekarangan
8.
Pengelolaan Sampah
9.
Pertanian Ekologis
10.
Pencemaran
11.
Teknologi Tepat Lingkungan
12.
Snorkling
B. Topografi Kehidupan Penduduk
Kehidupan penduduk
Alam tempat kita
hidup ini penuh
dengan
kekayaan alam
yang tak terbatas
nilainya. Kekayaan berupa
makhluk-makhluk hidup yang beranekaragam jelas sangat penting untuk
dipahami. Pemahaman akan semakin baik jika kita dapat melihat langsung
kehidupan yang beraneka ragam
tersebut, tidak hanya melalui
buku-buku. Manusia seharusnya
mensyukuri segala keberagaman yang ada di bumi ini bertugas untuk
melindunginya. Kehidupan Desa Nelayan
Pikiran yang jenuh akibat kesibukan
kehidupan di kota
dapat membelenggu hati
dan jiwa yang mendorong munculnya sifat individual.
Berbeda dengan kehidupan di desa yang
menunjukkan hubungan timbal
balik yang erat
antara manusia dengan manusia dan antara manusia dengan
alam. Budaya atau kebiasaan ketergantungan
terhadap lingkungan laut
sangat nyata terlihat
pada kehidupan sosial dalam
pemenuhan kehidupan sehari-hari.
Mereka memanfaatkan potensi yang
ada disekitarnya tanpa
suatu unsur yang berlebihan sehingga
kelestarian tetap terjaga.
Kehidupan sosial-budaya
lokal yang masih
kental, jauh dari
peradaban baru yang
menghapus nilai-nilai kultural.
Melihat kondisi geografis
di Dusun Puntondo
Desa Laikang Kac. Mangarabombang Kab.
Takalar maka sebagian besar matapencaharian di lokasi tersebut adalah nelayan,memelihara
rumput laut, petani. Penduduk yang hidup di dekat panatai mata pencahariannya
adalah menangkap ikan, mengembangbiakkan rumput laut. 14 Jarak dari kota Sengkang ke Makassar
± km.
Jembatan menuju restaurant
Jembatan menuju bungalo
Dokumentasi fasilitas di PPLH
Puntondo
Pendopo Restaurant
Asrama
Ruang seminar
Perpustakaan
BAB
III
HASIL
PENELITIAN
Setelah kami
mengadakan penelitian lapangan
yang menyangkut
ekosistem laut di mana kami meneliti masalah ekosistem mangrove
yang terdiri atas beberapa aspek penelitian yaitu
sebagai berikut :
1.
Karakteristik mangrove
di Desa Laikang
tepatnya di PPLH Puntondo?
2.
Aspek fisik
(salinitas, pasang suruut, cahaya matahari) mangrove
Desa Laikang tepatnya di PPLH Puntondo?
3.
Mengamati 7 Biota yang menghuni ekosistem mangrove di
Desa Laikang tepatnya di PPLH Puntondo!
A. KARAKTERISTIK
MANGROVE
Ekosistem mangrove adalah suatu sistem di alam
tempat berlangsungnya kehidupan yang mencerminkan hubungan timbal balik antara
makhluk hidup dengan lingkungannya dan diantara makhluk hidup itu sendiri,
terdapat pada wilayah pesisir, terpengaruh pasang surut air laut, dan
didominasi oleh spesies pohon atau semak yang khas dan mampu tumbuh dalam
perairan asin/payau. Pada hutan mangrove terdiri dari berbagai jenis
mangrove. Namun pada penelitian ini yang
diteliti hanyalah sebagian kecil dari berbagai jenis mangrove, yakni:
1.
Rhizopora mucronata
Dimana Rhizopora
mucronata ini memiliki karakteristik yang terdiri dari:
·
Tipe daun: Daun lebar ,
tebal, dengan ujung daun yang meruncing, di bagian bawah/belakang daun terdapat
bintik-bintik hitam.
·
Jenis akar: akar tunggang
·
Zonasi dari pantai: zona
depan (I) berhadapan langsung dengan
laut atau lebih dekat dengan laut.
·
Adaptasi pohon: tumbuh di
area pasir berlumpur dan salinitas tinggi.
Dokumentasi:
2. Rhizophora stylosa
Dimana Rhizopora stylosa
ini memiliki
karakteristik yang terdiri dari:
·
Tipe daun: bentuk elips
dan meruncing daun berwarna hijau, bagian bawah berbintik teratur kadang tak
terlihat..
·
Jenis akar: akar tunjang
·
Zonasi dari pantai: zona
depan (I) berhadapan langsung dengan
laut atau lebih dekat dengan laut.
·
Adaptasi pohon: tumbuh di
area pasir berlumpur dan salinitas tinggi.
3. Avicennia marina
Dimana Avicennia
marina ini memiliki karakteristik yang terdiri dari:
·
Tipe daun: daun tunggal,
bertangkai, berhadapan, bertepi rata, berujung runcing atau membulat, helai
daun seperti kulit, hijau mengkilap diatas, abu-abu atau keputihan disisi
bawahnya. Pertulangan daun umumnya tak begitu jelas terlihat.
·
Jenis akar: akar napas.
·
Zonasi dari pantai: zona
depan (I) berhadapan langsung dengan
laut atau lebih dekat dengan laut.
·
Adaptasi pohon: hidup pada
lingkungan berlumpur dan bergaram. Hal ini disebabkan karena memiliki akar
nafas yang serupa paku yang panjang dan rapat. Daun Memiliki kelenjar garam di
permukaannya
4. Xylocarpus sp.
Dokumentasi:
Dimana Xylocarpus
sp.ini memiliki karakteristik yang terdiri dari:
·
Tipe daun: bentuk daun
elips sampai bulat telur, susunan daun majemuk, berseling, anak daun biasanya
terdiri dari 2 pasang, ujung membundar.
·
Jenis akar: akar papan
·
Zonasi dari pantai: berada
pada zona tengah
·
Adaptasi pohon: hidup di
daerah yang berada lebih dekat ke darat dengan salinitas rendah.
5.
Lumnitzera racemosa
Dimana Lumnitzera racemosa ini memiliki
karakteristik yang terdiri dari:
·
Tipe daun: agak tebal
berdaging, keras atau kaku, dan berumpun pada ujung dahan, letaknya sederhana,
berseling, dengan bentuk bulat telur menyempit, ujung membundar.
·
Jenis akar: akar napas
·
Zonasi dari pantai: tumbuh
di zona terluar atau zona paling belakang.
·
Adaptasi pohon: hidup pada
daerah yang berlumpur padat dan berpasir.
B. ASPEK
FISIK (SALINITAS, PASANG SURUT, CAHAYA MATAHARI)
Pertumbuhan mangrove dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-Faktor Ekologi Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Mangrove seperti Fisiogravi Pantai, pasang surut, gelombang dan arus, iklim, salinitas dan substrat. Namun, yang kami bahas dalam laporan ini yakni aspek fisik yang berkenaan dengan salinitas, pasang surut dan cahaya matahari.
a. salinitas
Salinitas
merupakan salah satu faktor penting yang sangat mempengaruhi pertumbuhan
mangrove. Salinitas kawasan mangrove sangat bervariasi karena adanya masukan
air laut pada saat pasang dan air tawar dari sungai. berikut diuraikan
salinitas yang mendukung pertumbuhan mangrove:
1.
Salinitas optimum yang dibutuhkan mangrove untuk
tumbuh berkisar antara 10-30 ‰
2.
Salinitas secara langsung dapat mempengaruhi laju
pertumbuhan dan zonasi mangrove, hal ini terkait dengan frekuensi penggenangan
3.
Salinitas air akan meningkat jika pada siang hari
cuaca panas dan dalam keadaan pasang
4.
Salinitas air tanah lebih rendah dari salinitas air
b. pasang surut
Pasang surut yang
terjadi di kawasan mangrove sangat menentukan zonasi tumbuhan dan komunitas
hewan yang berasosiasi dengan ekosistem mangrove. Secara rinci pengaruh pasang
surut terhadap pertumbuhan mangrove dijelaskan sebagai berikut:
1. Lama terjadinya pasang di kawasan mangrove
dapat mempengaruhi perubahan salinitas air dimana salinitas akan meningkat pada
saat pasang dan sebaliknya akan menurun pada saat air laut surut
2. Perubahan salinitas yang terjadi sebagai
akibat lama terjadinya pasang merupakan faktor pembatas yang mempengaruhi
distribusi spesies secara horizontal.
3. Perpindahan massa air antara air tawar
dengan air laut mempengaruhi distribusi vertikal organisme
4. struktur dan kesuburan mangrove di suatu
kawasan yang memiliki jenis pasang diurnal, semi diurnal, dan campuran akan
berbeda menurut durasi pasang.
5. Komposisi spesies dan distribusi areal
yang digenangi berbeda menurut durasi pasang atau frekuensi penggenangan.
Misalnya : penggenagan sepanjang waktu maka jenis yang dominan adalah
Rhizophora mucronata dan jenis Bruguiera serta Xylocarpus kadang-kadang ada.
6. Akar tunjang yang dimiliki Rhizophora mucronata
menjadi lebih tinggi pada lokasi yang memiliki pasang yang tinggi dan
sebaliknya Rentang pasang (tinggi pasang)
7. Pneumatophora Sonneratia sp menjadi lebih kuat dan
panjang pada lokasi yang memiliki pasang yang tinggi Rentang pasang (tinggi
pasang)
c. cahaya matahari
Cahaya matahari berpengaruh terhadap proses fotosintesis,
respirasi, fisiologi, dan struktur fisik mangrove. dalam hal ini mempengaruhi
pertumbuhan mangrove dimana mangrove
adalah tumbuhan long day plants yang membutuhkan intensitas cahaya yang tinggi
sehingga sesuai untuk hidup di daerah tropis. selain itu, cahaya juga berpengaruh
terhadap perbungaan dan germinasi dimana tumbuhan yang berada di luar kelompok
(gerombol) akan menghasilkan lebih banyak bunga karena mendapat sinar matahari
lebih banyak daripada tumbuhan yang berada di dalam gerombol.
C. POPULASI DAN SUBSTRAK
MANGROVE
a. jumlah populasi
Beberapa jenis mangrove yang masih
dapat ditemukan di Puntondo yaitu: Sesuvium
portulacastrum, Aegiceras floridum, Ipomoea pes-caprae, Hibiscus filiaccus,
Hiriteira litoralis, Pandanus tectorius perkinson, Rhizophora apiculata ,
Rhizophora stylosa, Rhizophora mucronata, Ceriops decandra, Lumnitzera
racemosa, Xylocarpus rumphii, Avicennia marina, dan Avicennia alba. Mangrove yang
dominan atau paling bayak ditemukan adalah Lumnitzera
racemosa dan
Rhizophora mucronata.
b. substrak mangrove
Dari segi substrat dasar, hutan mangrove dapat tumbuh
pada substrat dasar pasir, lumpur, koral maupun batu-batuan. Karakteristik
substrat merupakan faktor pembatas terhadap pertumbuhan mangrove. dimana
pertumbuhan terbaik terdapat pada substrat dasar lumpur. Pada substrat dasar
lainnya, pertumbuhan umumnya kurang memuaskan, dan cenderung lambat. sebagai
contoh:
Rhizophora mucronata sp dapat tumbuh baik pada substrat yang
dalam/tebal dan berlumpur sedangkang Avicennia marina hidup pada tanah lumpur
berpasir
Dokumentasi:
rhyzophora mucronata
rhyzhophora stylosa
avicennia marina
xylocarpus sp.
lumnitzera
racemoca
D. BIOTA YANG MENGHUNI
EKOSISTEM MANGROVE
Tumbuhan
mangrove merupakan sumber makanan potensial dalam berbagai bentuk bagi semua
biota yang hidup di ekosistem mangrove. Berbeda dengan ekosistem lainnya,
komponen dasar dari rantai makanan di ekosistem hutan mangrove bukanlah
tumbuhan mangrove itu sendiri tapi serasah berasal dari tumbuhan mangrove
(daun, ranting, buah, batang). Dari penelitian yang telah kami lakukan ada 7 biota penghuni ekosistem mangrove yang akan dibahas pada laporan ini, yaitu udang laut, kepiting,
laba-laba, ngengat, semut, jengkerik, kumbang.
1. Udang
a. Nama latin: Penaeus sp.
b. Habitat: : Udang dapat ditemukan di hampir
semua "genangan" air yang berukuran besar baik air
tawar, air
payau,
maupun air asin pada kedalaman bervariasi, dari dekat permukaan hingga beberapa
ribu meter di bawah permukaan
c. Cara hidup: Dengan sistem reproduksi yang
dimiliki oleh udang baik jantan maupun betina, maka perkawinan udang dilakukan
di luar tubuh. Perkawinan/mating pada udang biasanya terjadi sebelum dan sesudah matahari
terbenam, dan terjadi antara 3 – 16 detik
d. Makanannya: berupa plankton, cacing, siput,
kerang, ikan, moluska, biji-bijian serta tumbuh-tumbuhan.
Dokumentasi:
2.
Kepiting
a.
Nama latin: Portunus sexdentatus
b.
Habitat:
batu karang dan pohon baku
c.
Cara hidup: Kepiting bakau
dalam menjalani kehidupanya beruaya dari perairan pantai ke laut,kemudian induk
berusaha kembali ke perairan pantai, muara sungai,atau parairan yang berhutan
bakau untuk baerlindung,maecari makanan,dan membesarkan diri.kepiting betina
yang telah malakukan perkawinan secara berlahan dan pelan-pelan akan beruaya ke
perairan bakau,dan kembalih ke laut untuk melakukan pemijahan,kepiting yang
telah kembali kelaut akan mencari perairan yang kondisinya cocok untuk
melakukan pemijahan khususnya terhadap suhu dan saliniyas air laut. Peristiwa
pemijahan terjadi pada periode bulan-bulan tertentu, terutama awal tahun. Jarak
yang ditempuh dalam beruaya untuk memijah biasanya tidak lebih dari satu
kilometer kearah laut menjauhi pantai menuju tempat.Pada kondisi lingkungan
yang memungkinkan, kepiting dapat bertahan hidup hingga mencapai umur 3-4
tahun. Sementara itu, pada umur 12-14 bulan kepiting sudah dianggap dewasa dan
dapat dipijahkan. Sekali memijah, kepiting mampu menghasilkan jutaan telur 2.000.000
- 8.000.000 telur tergantung dari ukuran dan umur kepiting betina yang memijah.
d.
Makanannya :makanan utama
kepiting berupa ganggang, selain dapat pula memakan makanan lainnya berupa
moluska, cacing, jamur, bakteri, detritus dan jenis krustasea lainnya,
tergantung pada spesies kepiting dan ketersediaan makanan.
Dokumentasi:
3.
Laba-laba
a.
Nama latin: Araneus diadematus
b.
Habitat: kebanyakan laba-laba tinggal di balik
dedaunan , di lapisan bunga ataupun di cela bebatuan
c.
Cara hidup: laba –laba bereproduksi secara
seksual dengan fertilisasi bersifat internal, sama seperti pada manusia. Hanya
saja perlu diketahui bahwa proses yang berlangsung tidak sama dengan reproduksi
pada manusia dan hewan tingkat tinggi lainnya. Pada laba-laba sperma individu
jantan dimasukkan ke dalam tubuh individu betina dengan tidak menggunakan organ
genital jantan. Dengan kata lain, ada fase yang disebut fase intermediet
sebelum terjadinya fertilisasi. Adanya fase intermediet juga terjadi pada
beberapa serangga tak bersayap, dan myriapod.
d.
Makanannya: serangga
Dokumentasi:
4.
Ngengat
b.
Habitat: hidup di daerah yang berhutan misalnya di hutan bakau
c.
Cara hidup: ngengat yang paling
cenderung untuk terbang terutama pada malam hari, ngengat kebanyakan memegang
sayapnya dilipat rata atas punggung mereka,
d.
Makanannya: kacang-kacangan,
buah-buahan kering dan padi-padian (jagung).
Dokumentasi:
5.
semut
a.
Nama latin: hymenoptera sp
b.
Habitat: membangun sarang pada pohon-pohon
tinggi. Mereka membangun sarang yang tidak jauh dari sumber makanan yang
tersedia di alam, biasanya di pohon-pohon yang memiliki rentang daun yang
cukup lebar, lentur atau pada dedauanan yang kecil namun banyak seperti
pohon mangga, jambu air, nangka, jengkol dan pohon lainnya.
c.
Cara hidup: Semut adalah serangga
sosial yang hidupnya dalam sarang yang lebih kurang bersifat permanen. Hidupnya
dengan membentuk koloni. Ukuran koloni sangat bervariasi dan kebanyakan
lokasinya di dalam tanah, kayu, dan diantara batu-batuan
d.
Makanannya: sisa- sisa makanan manusia seperti nasi, roti, serangga yang
seudah mati dan lain-lain
Dokumentasi:
6.
Kumbang:
a.
Nama latin: Coleoptera
b.
Habitat: ditemukan di hampir semua habitat alam, termasuk habitat
air tawar dan laut
c.
Cara hidup: perkembangbiak secara seksual,
bagian yang lain secara aseksual atau partenogenetik. Sistem reproduksi jantan
berfungsi memproduksi dan menyampaikan atau mengantarkan spermatozoa. Sistem
reproduksi betina berfungsi memproduksi dan menyimpan telur, menyimpan
spermatozoa, sebagai tempat pembuahan, dan meletakkan telur atau melahirkan
larva atau nimfa.
d. Makanannya:
tumbuhan dan jamur
Dokumentasi:
7.
jengkerik
a.
Nama latin: Gryllus
sp.
b.
Habitat: Jangkrik dapat
ditemui hamper di seluruh Indonesia, tetapi lebih banyak ditemukan di daerah
yang kering yang bersuhu 20-30derajat C dan kelembaban 65-80% (Sukarno. 1999),
tanahnya gembur atau berpasir dan tersedia banyak tumbuhan semak belukar
c.
Cara hidup: Jangkrik hidup
bergerombol dan bersembunyi dalam lipatan-lipatan daun kering atau bongkahan
tanah.
d.
Makanannya: Jangkrik makan sejumlah besar aneka ragam
bahan anabti dan hewani. Jenis pakan yang disukai oleh jangkrik adalah
daun-daun muda yang banyak mengandung air sebagai pengganti minum seperti sawi,
kubis, bayam, daun papaya, dan lain-lain
Dokumentasi:
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan, kami dapat menarik suatu
kesimpulan
bahwa :
PPLH
Puntondo merupakan sebuah Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM) bergerak
di bidang pendidikan lingkungan hidup yang bersifat non formal dan tidak
komersial. Peletakan batu
pertama di lokasi
PPLH Puntondo dilakukan pada tanggal 18 Agustus 1998 oleh Menteri
Lingkungan Hidup Bapak Sarwono Kusumaatmadja dan peresmian PPLH Puntondo
dilakukan pada tanggal 15 Oktober 2001. Hampir semua objek penelitian yang
terkait dengan ekosistem laut dapat kami
amati, kecuali estuaria
karena lokasi penelitian
sangat jauh dari objek
penelitian tersebut (tidak
memunkinkan) namun diganti
dengan ekosistem lamun.
Jenis
Mangrove yang ada
di lokasi pengamatan
yaitu lumnitzera racemoca, xylocarpus sp., avicennia marina, rhyzhophora
stylosa, dan rhyzophora mucronata. Dimana letak zonasi
mangoreve ini ada di zona depan, zona tengah,dan zona belakang. Tingkat salinitas pada mangrove
tergantung dari zona mangrove itu berada.
Biota yang
mendiami Mangrove terdiri
atas berbagai biota diantaranya :
berbagai jenis udang, laba-laba, Ngengat,
semut,kumbang, kupu-kupu dan jangkrik. Serta
berbagai jenis ikan.
B. Saran
Laporan hasil penelitian ini kami yakin masih jauh dari
kesempurnaan maka kami nerharap masukan dan saran dari saudara pembaca demi
kesempurnaaan penulisan berikutnya.
Kami berharap
agar program study
penelitian lapangan ini
akan tetap dilaksanakan sampai
kapanpun, dan dengan
lokasi yang cukup menunjang terlaksananya
penelitian dengan memperhatikan
objek penelitian yang masuk dalam cakupan matakuliah hidrobiologi.
Dan kami juga berharap
angkatan berikutnya tidak
hanya menjalankan program
studi penelitian lapangan
saja, tetapi dapat
memetik hikmah dibalik kegiatan tersebut. Dan
merealisasikannya.
DAFTAR PUSATAKA
Anwar, J., S.J. Damanik, N.
Hisyam, dan A. Whitten. 1984. Ekologi Ekosistem Sumatra. Gadjah Mada
Univ. Press. Yogyakarta.
Noor, Y.R., M. Khazali, dan
I.N.N. Suryadiputra. 1999. Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia.
PKA/WI-IP. Bogor.Partosuwiryo,
Suwarman. 2008.Pelestarian Terumbu Karang. PT. Citra Aji Parma.
Yogyakarta.
Nybakken, J.W. 1992. Biologi Laut Suatu
Pendekatan Ekologis. Alih bahasa oleh M. Eidman., Koesoebiono., D.G. Bengen.,
M. Hutomo., S. Sukardjo. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta, Indonesia.
Haerunnisa.
2009.Hidrobiologi. STKIP. Sengkang.
Jasin.
Maskoeri.1987.Zoologi Vertebrata. Sinar Jaya. Surabaya.
Media
internet.
LAPORAN HASIL PENELITIAN
“MANGROVE”
OLEH :
KELOMPOK V
RISNA HARIS
ANDI FATIMAH
ASMIRA
ABDIYAH
ASMAWATI
PENDIDIKAN BIOLOGI VI .A
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) PUANGRIMAGGALATUNG SENGKANG
TAHUN AKADEMIK 2013/2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT
atas rahmat yang dilimpahkan-Nya pada kita semua, serta dengan kebesaran-Nya
penyusun dapat menyajikan sebuah laporan. Salawat dan salam senantiasa tercurah
kepada Rasulullah SAW yang telah mengantar kita semua ke alam yang terang
benderang.
Dengan ini penyusun menyajikan sebuah
laporan hasil penelitian yang berjudul “EKOSISTEM MAGROVE ”yang pada dasarnya menjelaskan tentang karakteristik mangrove yakni tipe daun, jenis akar,
zonasi dari pantai dan adaptasi pohon mangrove. Di samping itu dijelaskan pula
mengenai aspek fisik yang berkaitan dengan salinitas, pasang surut dan cahaya
matahari. Serta biota yang menghuni ekosistem mangrove.Diharapkan setelah penelitian ini disertai laporan
penelitian dapat menambah pengalaman dan
pengetahuan mengenai ekosistem mangrove.
Dengan segala kelebihan dan kekurangan, penyusun harapkan kritik dan
saran dari saudara pembaca untuk menunjang keberhasilan pembuatan makalah di
masa yang akan datang agar menjadi lebih baik. Terima kasih. Wassalam
DAFTAR ISI
Halaman Sampul................................................................................................
Kata Pengantar...................................................................................................
Daftar Isi..............................................................................................................
Bab I
PENDAHULUAN...................................................................................
A. Latar Belakang Masalah............................................................................
B. Batasan Masalah ........................................................................................
C. Rumusan Masalah......................................................................................
D. Metode dan Tekhnik Penulisan...............................................................
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian................................................................
BAB II GAMBARAN GEOGRAFIS LOKASI PENELITIAN........................
A. Lokasi
Penelitan...........................................................................................
B. Topografi
Kehidupan Penduduk..............................................................
Bab III HASIL PENELITAN..............................................................................
A. Karakteristik
mangrove..............................................................................
B. Aspek Fisik.....................................................................................................
C. jumlah populasi dan substrak mangrove.................................................
D. Jenis-Jenis
Biota yang Menghuni Ekosistem mangrove........................
E. Dokumentasi
Aktivitas Penelitian.............................................................
Bab VI PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................................
B. Saran...............................................................................................................
Daftar Pustaka....................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG MASALAH
Mangrove merupakan
ekosistem yang terdapat di antara daratan dan lautan dan pada kondisi yang
sesuai mangrove akan membentuk hutan yang ekstensif dan produktif. Karena
hidupnya di dekat pantai, mangrove sering juga dinamakan hutan pantai, hutan
pasang surut, hutan payau, atau hutan bakau.
Wilayah
mangrove dicirikan oleh tumbuh-tumbuhan khas mangrove, terutama jenis-jenis
Rhizophora, Bruguiera, Ceriops, Avicennia, Xylocarpus dan Acrostichum
(Soerianegara,1993). Selain itu juga ditemukan jenis-jenis Lumnitzera,
Aegiceras, Scyphyphora dan Nypa (Nybakken, 1986; Soerianegara, 1993). Mangrove
mempunyai kecenderungan membentuk kerapatan dan keragaman struktur tegakan yang
berperan penting sebagai perangkap endapan dan perlindungan terhadap erosi
pantai. Sedimen dan biomassa tumbuhan mempunyai kaitan erat dalam memelihara
efisiensi dan berperan sebagai penyangga antara laut dan daratan, bertanggung
jawab atas kapasitasnya sebagai penyerap energi gelombang dan menghambat
intrusi air laut ke daratan.
Selain
itu, tumbuhan tingkat tinggi menghasilkan habitat untuk perlindungan bagi
hewan-hewan muda dan permukaannya bermanfaat sebagai substrat perlekatan dan
pertumbuhan dari banyak organisme epifit.
Oleh karena itu, studi penelitian
lapangan ini memiliki
salah satu tujuan
menguatkan pengetahuan-pengetahuan
yang kami dapatkan
dikampus dengan mengkaji literatur yang relevan dengan
kondisi objek pengamatan yang sebenarnya.
B. BATASAN MASALAH
Mata kuliah Hidrobiologi
merupakan salah satu cabang ilmu biologi yang membahas tentang
perairan meliputi limnoligi, dan
oseonografi. Namun pada studi
penelitian lapangan ini
kami hanya meneliti perairan
laut (oseanografi). Dimana tediri
berbagai ekosistem yaitu ekosistem mangrove, ekosistem lamun, ekosisten pantai
pesisir, dan ekosistem terumbu karang. Namun kelompok kami mengamati
salah satu dari ekosistem tersebut
yaitu ekosistem mangrove. Mulai
dari karakteristik mangrove yakni tipe daun, jenis akar,
zonasi dari pantai dan adaptasi pohon mangrove. Dijelaskan pula mengenai aspek
fisik yang berkaitan dengan salinitas, pasang surut dan cahaya matahari. Serta
biota yang menghuni ekosistem mangrove.
C.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan
dari latar belakang
masalah diatas adapun rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaiaman karakteristik mangrove di PPLH
Puntondo?
2.
Bagaimana Aspek fisik (salinitas,pasang surut, cahaya matahari) mangrove
di PPLH Puntondo?
3. Bagaimana jumlah polulasi dan substrat mangrove?
4.
Mengobservasi tujuh biota laut yang menghuni ekosistem mangrove yang ada di PPLH Puntondo?
D.
METODE DAN TEKHNIK PENULISAN
1. Teknik pengumpulan data
Dalam kegiatan pengumpulan data ini, metode
yang kami pakai yaitu metode deskriptif maka dalam penyusunannya menggunakan
tekhnik sebagai berikut :
1. Study Kepustakaan (Library Research)
Ialah kegiatan penyusunan laporan
study banding dengan cara
membaca bacaan yang berkaitan
dengan pokok bahasan.
Seperti yang telah
dibagikan oleh pihak PPLH Puntondo berupa brosur. Dari sinilah kita
menemukan berbagai informasi tentang PPLH Puntodo serta melalui media internet.
2. Study Lapangan
Ialah cara penyusunan
laporan di lakukan
pada lokasi study
penelitan lapangan untuk memperoleh
data atau mengamati
fakta secara langsung. Adapun tekhnik diguankan dalam
study lapangan ini adalah sebagai
berikut :
a. Wawancara
Teknik
pengumpulan data dengan
cara mengadakan tanya
jawab langsung kepada informan (dialog secara langsung) dengan pemandu
pada PPLH Puntondo.
b. Tekhnik Observasi
Teknik dengan
mengamati secara langsung
objek penelitian. Adapun
objek penelitannya yaitu
Ekosistem magrove di PPLH Puntondo.
2.
Sumber Data
Adapun sumber
data adalah data
primer yang diperoleh langsung
dari informan dan data
sekunder yang diperoleh dari
literatur, laporan dan lain – lain.
3. Teknik pengolahan
data
Adapun teknik Pengolahan Data adalah sebagai berikut :
a.
Penulisan
Tahap ini merupakan
tahap terakhir, hasil
ini merupakan penemuan -penemuan sumber yang diseleksi
melalui kritik, kemudian diintrespresikan lalu disintesa melalui
penelitian secara deskriptif.
Berdasarkan hasil pengamatan dan pengalaman
selama melaksanakan kegiatan study
penelitian lapangan di PPLH Puntondo.
4. Tempat dan Jadwal Studi
Penelitian Lapangan
Studi penelitian
lapagan kami lakukan
di Dusun Puntondo,
Desa Laikang Kec.Mangarabombang, Kab.
Takalar Sulawesi Selatan
tepatnya di PPLH Puntondo. Dilaksanakan pada tanggal
12-13 April 2014, adapun skedul penelitan sebagai berikut :
|
No.
|
Hari/Tanggal
|
Waktu(pukul)
|
Kegiatan
|
Ket.
|
|
1
|
Sabtu, 12 April 2014
|
05.00-06.00
|
Berkumpul di Kampus STKIP Prima Sengkang
|
|
|
|
|
06.00-15.00
|
Berangkat dari Sengkang ke Malino
|
|
|
|
|
15.00-16.00
|
Penelitian di Malino
|
|
|
|
|
!6.00 – 20.00
|
Perjalan dari Malino ke PPLH Puntondo
|
|
|
|
|
20.30 -22.00
|
Penyambutan Petugas PPLH di Ruang Seminar
|
|
|
|
|
22.00 – 22.30
|
Makan malam di Restoran PPLH Puntondo
|
|
|
|
|
22.30-06.00
|
Istirahat + shalat
|
|
|
2.
|
Minggu, 13 April 2014
|
06.00- 07.00
|
Siap-siap untuk penelitian
|
|
|
|
|
07.00- 08.00
|
Sarapan di Restoran PPLH Puntondo
|
|
|
|
|
08.00 – 09.00
|
Persiapan penelitian dan pembagian
pendamping setiap kelompok di ruang seminar.
|
|
|
|
|
09.00- 11.30
|
Penelitian
|
|
|
|
|
11.30 – 12.00
|
Makan snack + teh
|
|
|
|
|
12.00 – 12.30
|
Beres-beres persiapan pulang ke sengkang
|
|
|
|
|
12.30 – 13.00
|
Makan siang di Restoran PPLH Pungtondo
|
|
|
|
|
13.00 – 17.00
|
Perjalanan dari Takalar ke
Makassar
|
|
|
|
|
18.00 – 20.30
|
Perjalanan dari makassar ke Pangkep
|
|
|
|
|
20.30 – 21.00
|
ISOMA
|
|
|
|
|
21.00 – 01.00
|
Perjalanan dari Pangkep Ke Sengkang.
|
|
|
|
|
01.00
|
Sampai di Kampus Prima Sengkang
|
|
E. TUJUAN DAN MANFAAT PELAKSANAAN STUDY
PENELITIAN
1. TUJUAN
Adapun tujuan yang diharapkan dari
penyusunan laporan ini antara lain :
1.Dapat melihat dan
mangamati secara langsung berbagai ekosistem di laut.
2. Membuka
wawasan mahasiswa tentang
habitat suatu
makhluk hidup serta pentingnya menjaga
lingkungan hidup.
3. Dapat
mengetahui berbagai jenis magrove di PPLH Pontodo
4. Sebagai bukti mutlak bahwa kami pernah melakukan
kegiatan studi penelitian lapangan di PPLH Puntondo
2. MANFAAT
Dari
uraian permasalahan di
atas kami berharap
dapat memberikan manfaat
antara lain sebagai berikut :
1. Kegiatan
studi penelitian lapangan
ini merupakan kegiatan yang sangat positif yang dapat
memberi masukan informasi dan tambahan
pengetahuan bagi mahasiswa STKIP
Prima Sengkang jurusan Biologi
semester VI
khususnya bagi mereka yang belum tahu menjadi tahu.
2. Menambah
khasanah (perbendaharaan) perpustakaan kampus yang menunjang bagi peningkatan
pengetahuan mahasiswa serta sebagai
kerangka acuan berfikir
dan bahan pertimbangan
bagi mahasiswa angkatan berikutnya.
3. Menambah pengetahuan kami dan para pembaca
khusus masalah ekositem laut.
4. Sebagai bahan pertimbangan yang dapat
dijadikan sebagai pola pikir dan tindakan
yang dinamis untuk
mengadakan pembaharuan dari yang
tertinggal.
BAB II
GAMBARAN GEOGRAFIS LOKASI
PENELITIAN
A. Lokasi Penlitian
Pada
dasarnya matakuliah Hidrobiologi memerlukan objek penelitian
untuk
lebih mengakuratkan data yang kami peroleh dari literatur yang ada dengan kondisi
lingkungan tertentu, seperti
halnya yang telah
dilakukan oleh kakak tingkat
kami, mereka mengadakan
penelitian di Bone
Pute, namun kali ini diadakan di lokasi
yang berbeda, Ini dimaksudkan sebagai bahan perbandingan bagaimana kondisi
ekosistem laut (pantai) diberbagai
lokasi. Dengan demikian
kami memilih lokasi
penelitian dengan
memperhatikan berbagai objek
penelitian diperlukan atau sesuai
dengan satandar kompetensi matakuliah
hidrobiologi yaitu :
(1). Ekosistem mangrove, (2)
Ekosistem pesisir pantai
(3). Ekosistem Lamun
(4). Ekosistem terumbu karang.
Nah, kesemua objek
penelitian tersebut terdapat di PPLH
Puntondo. Oleh karena itu kami memilih lokasi tersebut disamping itu
juga, tempat itu
merupakan Tempat Pusat
Penelitian Lingkungan Hidup. Berdasarkan
informasi kita terima
kami dapat melaporkan bahwa :
1.
Latar Belakang Berdirinya PPLH Puntondo
PPLH
Puntondo, yang merupakan sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) bergerak
di bidang pendidikan
lingkungan hidup yang
bersifat non formal dan
tidak komersial. Sampai
saat ini ada
tiga PPLH di Indonesia
yaitu PPLH Seloliman
(Jawa Timur), PPLH
Sanur (Bali) dan PPLH Puntondo (Sulawesi Selatan) PPLH mulai masuk dan
berkegiatan di Sulawesi Selatan pada
tahun 1994. Pada saat itu PPLH berkegiatan bersama Plan International
Sulawesi Selatan. Program
yang dilakukan adalah pengembangan
masyarakat desa untuk
bidang pertanian, makanan ekologis,
pelatihan motivator, dan
kesehatan. Keberadaan PPLH di
Sulawesi Selatan sendiri
tidak lepas dari
peran serta dan 8
dukungan masyarakat, LSM, Universitas, sekolah-sekolah, pemerintah, dan individu.
Selain itu juga
dengan luasnya wilayah
Indonesia dan jumlah penduduk
yang besar, maka
tempat pendidikan lingkungan tidak cukup hanya satu. Alasan
yang lain adalah adanya rasa kekuatiran akan kerusakan lingkungan yang terjadi begitu cepat. Nama Puntondo
diambil dari nama
lokasi PPLH yaitu
Dusun Puntondo. Secara
garis besar PPLH Puntondo
akan mengacu pada
visi PPLH, tetapi
fokus kegiatan akan disesuaikan dengan kondisi setempat yaitu masalah
laut dan masyarakat nelayan.
Peletakan batu pertama
di lokasi PPLH Puntondo
dilakukan pada tanggal
18 Agustus 1998
oleh Menteri Lingkungan Hidup
Bapak Sarwono Kusumaatmadja dan peresmian PPLH Puntondo dilakukan
pada tanggal 15
Oktober 2001. Konon,
dulu Puntondo sangat kaya
akan ekosistem laut.
Menurut Dg Laga’,
jika diartikan dalam bahasa
Indonesia, Pun artinya Sang
sedangkan Tondo berarti Burung Bangau.
Jadi Puntondo sebenarnya
bermakna Sang Bangau karena
burung tersebut sering mencari ikan di pantai tersebut. “Tapi itu dulu,
sekarang sudah lain karena pengrusakan ekosistem laut oleh orang yang tak
bertanggung jawab,”
Visi:
Terwujudnya masyarakat
yang peduli dan
sadar terhadap lingkungan
untuk
mencapai kehidupan yang harmonis.
Misi:
Mendorong dan
mengajak masyarakat untuk
lebih sadar dan
peduli terhadap
lingkungan hidup melalui pendidikan lingkungan hidup.
2.Fasilitas
Sebagai sarana
penunjang kegiatan pendidikan
lingkungan hidup di
PPLH
Puntondo, maka disediakan beberapa fasilitas antara lain:
a.
Pendopo: berfungsi
sebagai tempat menerima
tamu ataupun bersantai setelah
berprogram.
b.
Perpustakaan: memiliki
berbagai macam koleksi
yang terdiri dari buku,
majalah, leaflet, peta,
poster, brosur, dan
kliping yang 9 ditujukan
untuk mendukung kegiatan
program dan juga
bisa dimanfaatkan oleh masyarakat umum.
c.
Ruang seminar: berbentuk
unik dan dapat memuat kurang lebih 60
orang.
d.
Asrama-asrama: terdiri
dari dua bangunan kembar: asrama laki-laki dan asrama perempuan, dengan
kapasitas 32 orang.
e.
Bungalo: terdiri
dari enam bangunan
untuk tempat beristirahat, dengan kapasitas
empat orang. Lima
bungalow berharga sama dengan asrama dengan kapasitas maksimal
6 orang, sedangkan satu bungalo
telah memiliki fasilitas
yang lebih baik
dengan kapasitas maksimal 4
orang.
f.
restoran Restoran:
berbentuk unik dan menghadap
ke laut. Tempatnya sangat
strategis untuk melepas
lelah sambil menikmati hidangan
makanan.
g.
Media/peralatan pendidikan:
slide projector, perahu motor,
VCD, projector, snorkel, masker,
lup, tape recorder,
computer, alat pengukur
salinitas dan lain-lain. Secara
umum fasilitas tersebut
digunakan untuk kelompok-kelompok yang
akan melakukan program,
tetapi tidak menutup kemungkinan juga
bisa dimanfaatkan oleh
individu maupun keluarga yang
ingin liburan atau
rekreasi. Semua bangunan
berbentuk rumah panggung khas Sulawesi
Selatan.
3. Program
Segala hal
yang berhubungan dan terkait
dengan lingkungan hidup
dan
segi permasalahannya akan dibahas dan dikaji dengan melihat
dari
berbagai aspek kehidupan
seperti ekonomi, sosial,
budaya,
etika,
agama, dan juga
ditinjau dari segi
ilmu fisika, kimia,
dan
geografi. Kemudian
akan didapatkan bagaimana
cara
pemecahannya dalam
penerapannya. Untuk menciptakan
suasana
yang menyenangkan dalam belajar dan
untuk mengembangkan pola
pikir
kritis, maka metode
yang digunakan dalam
setiap program 10
sangat
bervariasi yaitu diskusi,
praktek, pengamatan, melihat
contoh, dan
permainan dengan menggunakan
metode partisipatif,
informal, terbuka
dan santai yang
lebih mengarahkan kelompok
sasaran untuk
aktif. Kelompok sasaran kami
ditujukan bagi semua
golongan dan lapisan masyarakat dari
berbagai latar belakang:
Siswa / Pelajar: TK sampai dengan Perguruan
Tinggi
Kalangan pendidik dan akademisi
Kalangan LSM dan pemerhati lingkungan
Kalangan pemerintah, petani dan masyarakat
desa
Kalangan industriawan dan
Masyarakat umum lainnya.
Divisi
yang mendukung kegiatan
di PPLH Puntondo
(PPLH-P):
1.
Kelautan: bertanggung
jawab terhadap pendidikan
kelautan secara umum yang
meliputi konservasi pantai,
karang, bakau, pemanfaatan potensi laut,
dan penguatan masyarakat. Karena
latar belakang lokasi PPLH-P
adalah laut, maka
pendidikan lingkungan hidup
yang dikembangkan mayoritas difokuskan
pada bidang kelautan. Tim
Kelautan bersama masyarakat
Dusun Puntondo melakukan kegiatan
konservasi mangrove dan
karang. Dengan adanya kegiatan ini
diharapkan dapat menggugah
kesadaran masyarakat
setempat akan pentingnya
melestarikan sumber daya
alam laut. Sebagian besar
usaha utama masyarakat
Dusun Puntondo adalah bertanam rumput
laut. Tim Kelautan
melakukan program peningkatan kualitas rumput laut dalam rangka
peningkatan penghasilan masyarakat.
2.
Pertanian: bertanggung
jawab terhadap pengelolaan
lahan PPLH-P dengan sistem
pertanian ekologis atau pertanian selaras alam. Di lokasi PPLH-P
tersedia lahan percontohan
yang sudah dipetak-petak menjadi beberapa kebun, yaitu:
kebun sayur, kebun buah, kebun tanaman obat, dan kolam
ikan. Hasil dari
lahan percontohan tersebut
sebagian untuk memenuhi kebutuhan dapur PPLH-P dan sebagian ada
yang dipasarkan, tetapi
hasil yang ada
masih dalam jumlah
sedikit. Program kegiatan
11 pendampingan yang dilakukan
oleh Tim Pertanian
meliputi: ternak (bebek) dan
pemanfaatan pekarangan (sayur, buah dan obat).
3.
Sekolah: bertanggung jawab
pada pendidikan lingkungan hidup (PLH) untuk
sekolah dengan mengadakan
pertemuan, lokakarya, sarasehan, pelatihan, atau diskusi. Salah
satu kegiatan sekolah yang dilakukan yaitu pendampingan ke
sekolah-sekolah di Makassar.
egiatan ini merupakan lanjutan dari rencana
tindak lanjut dari
guru yang mengikuti pelatihan
PLH. Guru merencanakan
beberapa kegiatan di
sekolah dan PPLH-P hanya
sebagai pendamping untuk
membantu membagikan informasi tentang PLH.
Selain kegiatan pendampingan
di sekolah-sekolah, Tim Sekolah
membentuk kelompok kerja
yang beranggotakan guru-guru untuk membuat
materi PLH yang
akan diintegrasikan ke
kurikulum sekolah. Kegiatan rutin yang dilakukan Tim Sekolah setiap
tahun adalah Time project. Kegiatan ini
merupakan proyek komunikasi global dengan multi bahasa dan multi budaya untuk
sekolah menengah (SMP/SMU) yang diinisiasi oleh Asosiasi Jaringan Sekolah
UNESCO (ASP ned). Kegiatan ini sudah
dimulai sejak tahun
1995 dan berpusat
di Belanda. Topik
dari gambar (foto) adalah pendampingan ke beberapa sekolah dengan materi
pembuatan arang briket
dan daur ulang
kertas sebagai salah
satu ara pemanfaatan sampah.
4.
Informasi: bertanggung
jawab untuk menyebarluaskan berbagai informasi lingkungan
secara global dan
khususnya kegiatan lingkungan yang dilakukan
oleh PPLH-P. Kegiatan
Tim Informasi meliputi 2
bidang yaitu perpustakaan dan
publikasi. Koleksi perpustakaan
ini bisa dibaca dan
dipinjam oleh masyarakat umum.
Selain itu juga membantu
Anda apabila memerlukan informasi
umum, khususnya lingkungan.
Bahan publikasi yang dikelola
diterbitkan melalui media cetak (buletin, buku, poster dan
brosur) dan media
elektronik (website). Untuk kegiatan
pendampingan ke masyarakat,
Tim Informasi melakukan
bedah buku bersama anak-anak
Dusun Puntondo. Selain itu, dilakukan
perpustakaan keliling untuk lebih
menyebarluaskan buku (minat
baca) pada 12 masyarakat yang jauh dari lokasi PPLH-P serta menjalin keakraban yang
lebih dalam antara Tim PPLH-P dengan masyarakat.
5.
Restoran: Tim
Restoran memperkenalkan makanan
ekologis bagi peserta program
atau individu yang
berkunjung dan menjelaskan manfaat dari makanan ekologis,
yakni makanan yang baik dan sehat bagi kesehatan. Selain
menyiapkan makanan yang
baik dan aman
bagi kesehatan, juga mengupayakan
merawat dapur dan
mengolah limbahnya.
6.
Fasilitas: bertanggung
jawab terhadap semua
fasilitas yang ada di
PPLH-P. Fasilitas di
PPLH-P tidak hanya
untuk ditempati, tetapi
dapat menjadi media pendidikan.
Jadi, yang dilakukan
adalah bagaimana merawat fasilitas
dengan cara yang
ramah lingkungan. Program
Pasif : Merupakan
program yang bisa dilakukan
di lokasi PPLH-P,
baik yang hanya sekedar
berkunjung dan rekreasi
atau yang memesan
program. Beberapa materi atau topik
yang ditawarkan bisa
dipilih sendiri sesuai dengan
minat. Teman-teman PPLH
akan mendampingi dan menemani
selama berkegiatan.
Topik-topik
yang ditawarkan
1.Ekosistem Laut
2.
Ekowisata
3.
Keanekaragaman Hayati
4.
Kehidupan Desa Nelayan
5.
Makanan Ekologis
6.
Outward Bound
7.
Pemanfaatan Pekarangan
8.
Pengelolaan Sampah
9.
Pertanian Ekologis
10.
Pencemaran
11.
Teknologi Tepat Lingkungan
12.
Snorkling
B. Topografi Kehidupan Penduduk
Kehidupan penduduk
Alam tempat kita
hidup ini penuh
dengan
kekayaan alam
yang tak terbatas
nilainya. Kekayaan berupa
makhluk-makhluk hidup yang beranekaragam jelas sangat penting untuk
dipahami. Pemahaman akan semakin baik jika kita dapat melihat langsung
kehidupan yang beraneka ragam
tersebut, tidak hanya melalui
buku-buku. Manusia seharusnya
mensyukuri segala keberagaman yang ada di bumi ini bertugas untuk
melindunginya. Kehidupan Desa Nelayan
Pikiran yang jenuh akibat kesibukan
kehidupan di kota
dapat membelenggu hati
dan jiwa yang mendorong munculnya sifat individual.
Berbeda dengan kehidupan di desa yang
menunjukkan hubungan timbal
balik yang erat
antara manusia dengan manusia dan antara manusia dengan
alam. Budaya atau kebiasaan ketergantungan
terhadap lingkungan laut
sangat nyata terlihat
pada kehidupan sosial dalam
pemenuhan kehidupan sehari-hari.
Mereka memanfaatkan potensi yang
ada disekitarnya tanpa
suatu unsur yang berlebihan sehingga
kelestarian tetap terjaga.
Kehidupan sosial-budaya
lokal yang masih
kental, jauh dari
peradaban baru yang
menghapus nilai-nilai kultural.
Melihat kondisi geografis
di Dusun Puntondo
Desa Laikang Kac. Mangarabombang Kab.
Takalar maka sebagian besar matapencaharian di lokasi tersebut adalah nelayan,memelihara
rumput laut, petani. Penduduk yang hidup di dekat panatai mata pencahariannya
adalah menangkap ikan, mengembangbiakkan rumput laut. 14 Jarak dari kota Sengkang ke Makassar
± km.
Jembatan menuju restaurant
Jembatan menuju bungalo
Dokumentasi fasilitas di PPLH
Puntondo
Pendopo Restaurant
Asrama
Ruang seminar
Perpustakaan
BAB
III
HASIL
PENELITIAN
Setelah kami
mengadakan penelitian lapangan
yang menyangkut
ekosistem laut di mana kami meneliti masalah ekosistem mangrove
yang terdiri atas beberapa aspek penelitian yaitu
sebagai berikut :
1.
Karakteristik mangrove
di Desa Laikang
tepatnya di PPLH Puntondo?
2.
Aspek fisik
(salinitas, pasang suruut, cahaya matahari) mangrove
Desa Laikang tepatnya di PPLH Puntondo?
3.
Mengamati 7 Biota yang menghuni ekosistem mangrove di
Desa Laikang tepatnya di PPLH Puntondo!
A. KARAKTERISTIK
MANGROVE
Ekosistem mangrove adalah suatu sistem di alam
tempat berlangsungnya kehidupan yang mencerminkan hubungan timbal balik antara
makhluk hidup dengan lingkungannya dan diantara makhluk hidup itu sendiri,
terdapat pada wilayah pesisir, terpengaruh pasang surut air laut, dan
didominasi oleh spesies pohon atau semak yang khas dan mampu tumbuh dalam
perairan asin/payau. Pada hutan mangrove terdiri dari berbagai jenis
mangrove. Namun pada penelitian ini yang
diteliti hanyalah sebagian kecil dari berbagai jenis mangrove, yakni:
1.
Rhizopora mucronata
Dimana Rhizopora
mucronata ini memiliki karakteristik yang terdiri dari:
·
Tipe daun: Daun lebar ,
tebal, dengan ujung daun yang meruncing, di bagian bawah/belakang daun terdapat
bintik-bintik hitam.
·
Jenis akar: akar tunggang
·
Zonasi dari pantai: zona
depan (I) berhadapan langsung dengan
laut atau lebih dekat dengan laut.
·
Adaptasi pohon: tumbuh di
area pasir berlumpur dan salinitas tinggi.
Dokumentasi:
2. Rhizophora stylosa
Dimana Rhizopora stylosa
ini memiliki
karakteristik yang terdiri dari:
·
Tipe daun: bentuk elips
dan meruncing daun berwarna hijau, bagian bawah berbintik teratur kadang tak
terlihat..
·
Jenis akar: akar tunjang
·
Zonasi dari pantai: zona
depan (I) berhadapan langsung dengan
laut atau lebih dekat dengan laut.
·
Adaptasi pohon: tumbuh di
area pasir berlumpur dan salinitas tinggi.
3. Avicennia marina
Dimana Avicennia
marina ini memiliki karakteristik yang terdiri dari:
·
Tipe daun: daun tunggal,
bertangkai, berhadapan, bertepi rata, berujung runcing atau membulat, helai
daun seperti kulit, hijau mengkilap diatas, abu-abu atau keputihan disisi
bawahnya. Pertulangan daun umumnya tak begitu jelas terlihat.
·
Jenis akar: akar napas.
·
Zonasi dari pantai: zona
depan (I) berhadapan langsung dengan
laut atau lebih dekat dengan laut.
·
Adaptasi pohon: hidup pada
lingkungan berlumpur dan bergaram. Hal ini disebabkan karena memiliki akar
nafas yang serupa paku yang panjang dan rapat. Daun Memiliki kelenjar garam di
permukaannya
4. Xylocarpus sp.
Dokumentasi:
Dimana Xylocarpus
sp.ini memiliki karakteristik yang terdiri dari:
·
Tipe daun: bentuk daun
elips sampai bulat telur, susunan daun majemuk, berseling, anak daun biasanya
terdiri dari 2 pasang, ujung membundar.
·
Jenis akar: akar papan
·
Zonasi dari pantai: berada
pada zona tengah
·
Adaptasi pohon: hidup di
daerah yang berada lebih dekat ke darat dengan salinitas rendah.
5.
Lumnitzera racemosa
Dimana Lumnitzera racemosa ini memiliki
karakteristik yang terdiri dari:
·
Tipe daun: agak tebal
berdaging, keras atau kaku, dan berumpun pada ujung dahan, letaknya sederhana,
berseling, dengan bentuk bulat telur menyempit, ujung membundar.
·
Jenis akar: akar napas
·
Zonasi dari pantai: tumbuh
di zona terluar atau zona paling belakang.
·
Adaptasi pohon: hidup pada
daerah yang berlumpur padat dan berpasir.
B. ASPEK
FISIK (SALINITAS, PASANG SURUT, CAHAYA MATAHARI)
Pertumbuhan mangrove dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-Faktor Ekologi Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Mangrove seperti Fisiogravi Pantai, pasang surut, gelombang dan arus, iklim, salinitas dan substrat. Namun, yang kami bahas dalam laporan ini yakni aspek fisik yang berkenaan dengan salinitas, pasang surut dan cahaya matahari.
a. salinitas
Salinitas
merupakan salah satu faktor penting yang sangat mempengaruhi pertumbuhan
mangrove. Salinitas kawasan mangrove sangat bervariasi karena adanya masukan
air laut pada saat pasang dan air tawar dari sungai. berikut diuraikan
salinitas yang mendukung pertumbuhan mangrove:
1.
Salinitas optimum yang dibutuhkan mangrove untuk
tumbuh berkisar antara 10-30 ‰
2.
Salinitas secara langsung dapat mempengaruhi laju
pertumbuhan dan zonasi mangrove, hal ini terkait dengan frekuensi penggenangan
3.
Salinitas air akan meningkat jika pada siang hari
cuaca panas dan dalam keadaan pasang
4.
Salinitas air tanah lebih rendah dari salinitas air
b. pasang surut
Pasang surut yang
terjadi di kawasan mangrove sangat menentukan zonasi tumbuhan dan komunitas
hewan yang berasosiasi dengan ekosistem mangrove. Secara rinci pengaruh pasang
surut terhadap pertumbuhan mangrove dijelaskan sebagai berikut:
1. Lama terjadinya pasang di kawasan mangrove
dapat mempengaruhi perubahan salinitas air dimana salinitas akan meningkat pada
saat pasang dan sebaliknya akan menurun pada saat air laut surut
2. Perubahan salinitas yang terjadi sebagai
akibat lama terjadinya pasang merupakan faktor pembatas yang mempengaruhi
distribusi spesies secara horizontal.
3. Perpindahan massa air antara air tawar
dengan air laut mempengaruhi distribusi vertikal organisme
4. struktur dan kesuburan mangrove di suatu
kawasan yang memiliki jenis pasang diurnal, semi diurnal, dan campuran akan
berbeda menurut durasi pasang.
5. Komposisi spesies dan distribusi areal
yang digenangi berbeda menurut durasi pasang atau frekuensi penggenangan.
Misalnya : penggenagan sepanjang waktu maka jenis yang dominan adalah
Rhizophora mucronata dan jenis Bruguiera serta Xylocarpus kadang-kadang ada.
6. Akar tunjang yang dimiliki Rhizophora mucronata
menjadi lebih tinggi pada lokasi yang memiliki pasang yang tinggi dan
sebaliknya Rentang pasang (tinggi pasang)
7. Pneumatophora Sonneratia sp menjadi lebih kuat dan
panjang pada lokasi yang memiliki pasang yang tinggi Rentang pasang (tinggi
pasang)
c. cahaya matahari
Cahaya matahari berpengaruh terhadap proses fotosintesis,
respirasi, fisiologi, dan struktur fisik mangrove. dalam hal ini mempengaruhi
pertumbuhan mangrove dimana mangrove
adalah tumbuhan long day plants yang membutuhkan intensitas cahaya yang tinggi
sehingga sesuai untuk hidup di daerah tropis. selain itu, cahaya juga berpengaruh
terhadap perbungaan dan germinasi dimana tumbuhan yang berada di luar kelompok
(gerombol) akan menghasilkan lebih banyak bunga karena mendapat sinar matahari
lebih banyak daripada tumbuhan yang berada di dalam gerombol.
C. POPULASI DAN SUBSTRAK
MANGROVE
a. jumlah populasi
Beberapa jenis mangrove yang masih
dapat ditemukan di Puntondo yaitu: Sesuvium
portulacastrum, Aegiceras floridum, Ipomoea pes-caprae, Hibiscus filiaccus,
Hiriteira litoralis, Pandanus tectorius perkinson, Rhizophora apiculata ,
Rhizophora stylosa, Rhizophora mucronata, Ceriops decandra, Lumnitzera
racemosa, Xylocarpus rumphii, Avicennia marina, dan Avicennia alba. Mangrove yang
dominan atau paling bayak ditemukan adalah Lumnitzera
racemosa dan
Rhizophora mucronata.
b. substrak mangrove
Dari segi substrat dasar, hutan mangrove dapat tumbuh
pada substrat dasar pasir, lumpur, koral maupun batu-batuan. Karakteristik
substrat merupakan faktor pembatas terhadap pertumbuhan mangrove. dimana
pertumbuhan terbaik terdapat pada substrat dasar lumpur. Pada substrat dasar
lainnya, pertumbuhan umumnya kurang memuaskan, dan cenderung lambat. sebagai
contoh:
Rhizophora mucronata sp dapat tumbuh baik pada substrat yang
dalam/tebal dan berlumpur sedangkang Avicennia marina hidup pada tanah lumpur
berpasir
Dokumentasi:
rhyzophora mucronata
rhyzhophora stylosa
avicennia marina
xylocarpus sp.
lumnitzera
racemoca
D. BIOTA YANG MENGHUNI
EKOSISTEM MANGROVE
Tumbuhan
mangrove merupakan sumber makanan potensial dalam berbagai bentuk bagi semua
biota yang hidup di ekosistem mangrove. Berbeda dengan ekosistem lainnya,
komponen dasar dari rantai makanan di ekosistem hutan mangrove bukanlah
tumbuhan mangrove itu sendiri tapi serasah berasal dari tumbuhan mangrove
(daun, ranting, buah, batang). Dari penelitian yang telah kami lakukan ada 7 biota penghuni ekosistem mangrove yang akan dibahas pada laporan ini, yaitu udang laut, kepiting,
laba-laba, ngengat, semut, jengkerik, kumbang.
1. Udang
a. Nama latin: Penaeus sp.
b. Habitat: : Udang dapat ditemukan di hampir
semua "genangan" air yang berukuran besar baik air
tawar, air
payau,
maupun air asin pada kedalaman bervariasi, dari dekat permukaan hingga beberapa
ribu meter di bawah permukaan
c. Cara hidup: Dengan sistem reproduksi yang
dimiliki oleh udang baik jantan maupun betina, maka perkawinan udang dilakukan
di luar tubuh. Perkawinan/mating pada udang biasanya terjadi sebelum dan sesudah matahari
terbenam, dan terjadi antara 3 – 16 detik
d. Makanannya: berupa plankton, cacing, siput,
kerang, ikan, moluska, biji-bijian serta tumbuh-tumbuhan.
Dokumentasi:
2.
Kepiting
a.
Nama latin: Portunus sexdentatus
b.
Habitat:
batu karang dan pohon baku
c.
Cara hidup: Kepiting bakau
dalam menjalani kehidupanya beruaya dari perairan pantai ke laut,kemudian induk
berusaha kembali ke perairan pantai, muara sungai,atau parairan yang berhutan
bakau untuk baerlindung,maecari makanan,dan membesarkan diri.kepiting betina
yang telah malakukan perkawinan secara berlahan dan pelan-pelan akan beruaya ke
perairan bakau,dan kembalih ke laut untuk melakukan pemijahan,kepiting yang
telah kembali kelaut akan mencari perairan yang kondisinya cocok untuk
melakukan pemijahan khususnya terhadap suhu dan saliniyas air laut. Peristiwa
pemijahan terjadi pada periode bulan-bulan tertentu, terutama awal tahun. Jarak
yang ditempuh dalam beruaya untuk memijah biasanya tidak lebih dari satu
kilometer kearah laut menjauhi pantai menuju tempat.Pada kondisi lingkungan
yang memungkinkan, kepiting dapat bertahan hidup hingga mencapai umur 3-4
tahun. Sementara itu, pada umur 12-14 bulan kepiting sudah dianggap dewasa dan
dapat dipijahkan. Sekali memijah, kepiting mampu menghasilkan jutaan telur 2.000.000
- 8.000.000 telur tergantung dari ukuran dan umur kepiting betina yang memijah.
d.
Makanannya :makanan utama
kepiting berupa ganggang, selain dapat pula memakan makanan lainnya berupa
moluska, cacing, jamur, bakteri, detritus dan jenis krustasea lainnya,
tergantung pada spesies kepiting dan ketersediaan makanan.
Dokumentasi:
3.
Laba-laba
a.
Nama latin: Araneus diadematus
b.
Habitat: kebanyakan laba-laba tinggal di balik
dedaunan , di lapisan bunga ataupun di cela bebatuan
c.
Cara hidup: laba –laba bereproduksi secara
seksual dengan fertilisasi bersifat internal, sama seperti pada manusia. Hanya
saja perlu diketahui bahwa proses yang berlangsung tidak sama dengan reproduksi
pada manusia dan hewan tingkat tinggi lainnya. Pada laba-laba sperma individu
jantan dimasukkan ke dalam tubuh individu betina dengan tidak menggunakan organ
genital jantan. Dengan kata lain, ada fase yang disebut fase intermediet
sebelum terjadinya fertilisasi. Adanya fase intermediet juga terjadi pada
beberapa serangga tak bersayap, dan myriapod.
d.
Makanannya: serangga
Dokumentasi:
4.
Ngengat
b.
Habitat: hidup di daerah yang berhutan misalnya di hutan bakau
c.
Cara hidup: ngengat yang paling
cenderung untuk terbang terutama pada malam hari, ngengat kebanyakan memegang
sayapnya dilipat rata atas punggung mereka,
d.
Makanannya: kacang-kacangan,
buah-buahan kering dan padi-padian (jagung).
Dokumentasi:
5.
semut
a.
Nama latin: hymenoptera sp
b.
Habitat: membangun sarang pada pohon-pohon
tinggi. Mereka membangun sarang yang tidak jauh dari sumber makanan yang
tersedia di alam, biasanya di pohon-pohon yang memiliki rentang daun yang
cukup lebar, lentur atau pada dedauanan yang kecil namun banyak seperti
pohon mangga, jambu air, nangka, jengkol dan pohon lainnya.
c.
Cara hidup: Semut adalah serangga
sosial yang hidupnya dalam sarang yang lebih kurang bersifat permanen. Hidupnya
dengan membentuk koloni. Ukuran koloni sangat bervariasi dan kebanyakan
lokasinya di dalam tanah, kayu, dan diantara batu-batuan
d.
Makanannya: sisa- sisa makanan manusia seperti nasi, roti, serangga yang
seudah mati dan lain-lain
Dokumentasi:
6.
Kumbang:
a.
Nama latin: Coleoptera
b.
Habitat: ditemukan di hampir semua habitat alam, termasuk habitat
air tawar dan laut
c.
Cara hidup: perkembangbiak secara seksual,
bagian yang lain secara aseksual atau partenogenetik. Sistem reproduksi jantan
berfungsi memproduksi dan menyampaikan atau mengantarkan spermatozoa. Sistem
reproduksi betina berfungsi memproduksi dan menyimpan telur, menyimpan
spermatozoa, sebagai tempat pembuahan, dan meletakkan telur atau melahirkan
larva atau nimfa.
d. Makanannya:
tumbuhan dan jamur
Dokumentasi:
7.
jengkerik
a.
Nama latin: Gryllus
sp.
b.
Habitat: Jangkrik dapat
ditemui hamper di seluruh Indonesia, tetapi lebih banyak ditemukan di daerah
yang kering yang bersuhu 20-30derajat C dan kelembaban 65-80% (Sukarno. 1999),
tanahnya gembur atau berpasir dan tersedia banyak tumbuhan semak belukar
c.
Cara hidup: Jangkrik hidup
bergerombol dan bersembunyi dalam lipatan-lipatan daun kering atau bongkahan
tanah.
d.
Makanannya: Jangkrik makan sejumlah besar aneka ragam
bahan anabti dan hewani. Jenis pakan yang disukai oleh jangkrik adalah
daun-daun muda yang banyak mengandung air sebagai pengganti minum seperti sawi,
kubis, bayam, daun papaya, dan lain-lain
Dokumentasi:
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan, kami dapat menarik suatu
kesimpulan
bahwa :
PPLH
Puntondo merupakan sebuah Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM) bergerak
di bidang pendidikan lingkungan hidup yang bersifat non formal dan tidak
komersial. Peletakan batu
pertama di lokasi
PPLH Puntondo dilakukan pada tanggal 18 Agustus 1998 oleh Menteri
Lingkungan Hidup Bapak Sarwono Kusumaatmadja dan peresmian PPLH Puntondo
dilakukan pada tanggal 15 Oktober 2001. Hampir semua objek penelitian yang
terkait dengan ekosistem laut dapat kami
amati, kecuali estuaria
karena lokasi penelitian
sangat jauh dari objek
penelitian tersebut (tidak
memunkinkan) namun diganti
dengan ekosistem lamun.
Jenis
Mangrove yang ada
di lokasi pengamatan
yaitu lumnitzera racemoca, xylocarpus sp., avicennia marina, rhyzhophora
stylosa, dan rhyzophora mucronata. Dimana letak zonasi
mangoreve ini ada di zona depan, zona tengah,dan zona belakang. Tingkat salinitas pada mangrove
tergantung dari zona mangrove itu berada.
Biota yang
mendiami Mangrove terdiri
atas berbagai biota diantaranya :
berbagai jenis udang, laba-laba, Ngengat,
semut,kumbang, kupu-kupu dan jangkrik. Serta
berbagai jenis ikan.
B. Saran
Laporan hasil penelitian ini kami yakin masih jauh dari
kesempurnaan maka kami nerharap masukan dan saran dari saudara pembaca demi
kesempurnaaan penulisan berikutnya.
Kami berharap
agar program study
penelitian lapangan ini
akan tetap dilaksanakan sampai
kapanpun, dan dengan
lokasi yang cukup menunjang terlaksananya
penelitian dengan memperhatikan
objek penelitian yang masuk dalam cakupan matakuliah hidrobiologi.
Dan kami juga berharap
angkatan berikutnya tidak
hanya menjalankan program
studi penelitian lapangan
saja, tetapi dapat
memetik hikmah dibalik kegiatan tersebut. Dan
merealisasikannya.
DAFTAR PUSATAKA
Anwar, J., S.J. Damanik, N.
Hisyam, dan A. Whitten. 1984. Ekologi Ekosistem Sumatra. Gadjah Mada
Univ. Press. Yogyakarta.
Noor, Y.R., M. Khazali, dan
I.N.N. Suryadiputra. 1999. Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia.
PKA/WI-IP. Bogor.Partosuwiryo,
Suwarman. 2008.Pelestarian Terumbu Karang. PT. Citra Aji Parma.
Yogyakarta.
Nybakken, J.W. 1992. Biologi Laut Suatu
Pendekatan Ekologis. Alih bahasa oleh M. Eidman., Koesoebiono., D.G. Bengen.,
M. Hutomo., S. Sukardjo. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta, Indonesia.
Haerunnisa.
2009.Hidrobiologi. STKIP. Sengkang.
Jasin.
Maskoeri.1987.Zoologi Vertebrata. Sinar Jaya. Surabaya.
Media
internet.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar